Usai Habisi Nyawa Selingkuhan Gunakan Sangkur, Oknum ASN Pemko Padang Sidempuan Bunuh Diri

 

METRO24.CO, PADANG SIDEMPUAN – Warga Jalan Jubeir Ahmad, Gang Ikhlas, Kelurahan Sadabuan, Kecamatan Padang Sidempuan Utara, Kota Padang Sidempuan, Sumatera Utara mendadak heboh, Jumat (7/6/2024) siang. Pasalnya, sepasang kekasih ditemukan tewas di dalam rumah kontrakan.

Dimana saat itu pelaku AM menghampiri korban dan anaknya berinisial S yang kala itu tengah tertidur di dalam kamar. Setibanya di dalam kamar, pelaku langsung menikam korban.

Melihat hal itu, S langsung menjerit histeris. Sementara AM yang merupakan Aparatur Negeri Sipil (ASN) atau PNS Pemko Padangsidimpuan ini berusaha menggakhiri hidupnya dengan cara menyayat nadi pergelangan tangan sebelah kiri dan menikam perutnya 2 kali dengan menggunakan sangkur yang dibawanya.

Dari hasil penyelidikan aparat kepolisian, kedua korban memiliki hubungan asmara terlarang. Bahkan untuk kepentingan penyelidikan, kedua jenazah saat ini tengah disemayamkan di Instalasi Pemulasaran Jenasah Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan.

Aksi bunuh diri yang dilakukan pria berinisial AM (43) yang juga PNS usai menghabisi perempuan pacar gelapnya berinisial IYR (42) di sebuah rumah kontrakan di Jalan Jubeir Ahmad, Kelurahan Sadabuan, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan merupakan bentuk menyesali perbuatannya.

Hal itu diungkapkan psikolog Kota Padang Sidempuan, Fithri Choirunnisa Siregar kepada wartawan, Sabtu (8/6/2024) siang. Dikatakannya, tindakan ini dilakukan para pelaku guna menghindari pertanggung jawaban terhadap aksi yang sebelumnya dilakukannya.

“Jadi ada unsur-unsur perasaan bersalah. Kemudian ada unsur penyesalan dan ada unsur menghindari akibat baru serta akibat perbuatannya,” terangnya.

Lebih lanjut, Fithri menambahkan, tindakan seperti ini dilakukan pelaku secara spontanitas lantaran kepanikannya akibat emosinya Sebab, tindakan yang telah menghilangkan nyawa orang lain menjadikan dirinya merasakan beban yang sangat besar atas perbuatannya.

“Biasanya kalau bunuh diri seperti ini tidak direncanakan. Cuma dalam waktu singkat ada perasaan bersalah, sedih dan sebagainya yang negatif-negatif. Sehingga dia memutuskan membunuh dirinya dengan harapan setelah ini dia tidak melihat kenyataan akibat perbuatannya,” bebernya.

Untuk menghindari kejadian seperti ini kembali terulang, Fithri menyarankan kepada masyarakat untuk berkomunikasi dengan orang yang tepat jika menghadapi persoalan. Seperti halnya orangtua, pasangan atau tenaga profesional.

“Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian, membutuhkan tempat untuk mencurahkan derita hati dan menimbang baik atau buruk solusi yang akan diputuskan. Tetapi yang lebih penting tetap bersandar kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia hanya perantara saja,” sarannya. (asen)